Kunjungi website dan media sosial resmi Rhoma Irama

Rhoma Irama adalah sosok yang mendefinisikan sound dangdut hingga berkembang sampai saat ini. Gelar Raja Dangdut pun laksana mahkota yang disematkan tanpa melalui sebuah perang. Bersama Soneta, sang Raja masih terus menyuguhkan dangdut yang sebenar-benarnya.

Suara tangis bayi sontak mengusir rasa cemas Raden Burdah Anggawirya, Komandan Batalyon Garuda Putih. Dia lega melihat istrinya, Tuty Djuariah, selamat dan sang buah hati lahir sehat, pada 11 Desember 1946, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Raden Burdah kemudian memberi asma bayi lelakinya Irama. “Nama Irama berasal dari nama sandiwara Sunda kegemaran orang tuanya, Sandiwara Irama Baru dengan aktor ternama Tan Tjeng Bok dan aktris Fifi young,” dikutip Tempo, 30 Juni 1984.

Mereka sangat gandrung menonton grup Irama Baru. Bahkan jelang kelahiran anak lelakinya kelak dikenal sebagai ‘Raja Dangdut’, Tuty Djuariah masih sempat menyaksikan Pak Item alias Tan Tjeng Bok bermain watak.

Di lingkungan keluarga, nama Irama tak begitu populer sebab anak lelaki tersebut kadung disapa Oma, karena sering memanggil ibunya dengan Oma sehingga berbalik jadi ‘trademark’nya.

Oma sangat senang musik. Bakat bernyanyinya sudah terlihat semenjak Oma duduk di bangku Sekolah Rakyat (setingkat SD). “Bakat ini menurun secara alamiah dari sang ayah yang juga bersuara merdu dan berjiwa seni,” ungkap Rhoma Irama dikutip Sulaiman Harahap pada “The Voice of Moslem: Dangdut Dakwah Rhoma Irama Bersama Soneta”.

Bakat menyanyi Oma semakin terasah kala pamannya, Arifin Ganda, sering mengajarinya menyanyi lagu-lagu Jepang. Di masa SMP, Oma akhirnya bergabung pada kelompok musik bernama Varia Irama Melodi, di Medan pada 1959.

Berpindah dari satu band ke band lainnya juga genre musik, mulai bernyanyi lagu Paul Anka, Tom Jones, Andy Williams, Pat Boone, The Beatles, Rolling Stone, hingga musik Melayu dilakoni Oma secara bersamaan.

Ibaratnya, Oma hidup di dua alam musik berbeda. Bila di suatu malam Minggu, dinukil Zaman, 8 Juni 1984, Oma menyanyi di kampung becek menghibur tamu resepsi acara perkawinan, sedangkan di malam Minggu lainnya dia tampil di depan orang 'gedongan' dengan lagu Barat. Karir bermusiknya pun melesat.

Di antara dua pilihan, Oma tegas memilih jalur Dangdut Melayu. Dia berkolaborasi dengan banyak musisi Dangdut tanah air hingga kondang bersama Soneta.

Setelah pulang menjalankan ibadah Haji pada 1975, namanya bertambah satu huruf saat menyandang predikat Haji. “Ia menambahkan predikat Haji dan status sosial ningrat pesanan dari ayahnya sebelum meninggal untuk dipakai pada nama,” dikutip Tempo.

Oma Irama kemudian tampil dengan nama baru dengan penambahan huruf R berasal dari Raden sebagai status kebangsawanannya sebagai Menak Sunda, dan huruf H dari predikat sebagai Haji, menjadi Rhoma Irama.

sumber: merahputih.com

Raden Haji Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama (lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946) adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan "Raja Dangdut". Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya. Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film-film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. "Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh."

Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tetapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama Melayu.

Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, "Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock". Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda.

Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. "Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma," begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.

Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, "Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung.

Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.

Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. "Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.

Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.

Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan kurang lebih 1000 buah lagu dan bermain di lebih 20 film.

Pada tanggal 11 Desember 2007, Rhoma merayakan ulang tahunnya yang ke 61 yang juga merupakan perayaan ultah pertama kali sejak dari orok, sekaligus pertanda peluncuran website pribadinya, rajadangdut.com.

sumber: Wikipedia